PENALARAN SEBAGAI
METODE
BERPIKIR ILMIAH DAN
LOGIS
MAKALAH
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Pada
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Dosen
Pengampu : Isriani Hardini, S.S, M.A
Oleh
:
Arina
Zulfa Sa’ida (2013113108)
Ferawati
Oktaviani (2013112174)
Fikran
Haris Maulana (2013112119)
Imala
Saniyah (2013113)
Mila
Karimah (2013113)
Tri
Ragil Yuniar Shidiq (2013113115)
Wichdatu
Sibthiya (2013113)
Kelas
: C
PROGRAM STUDI EKONOMI
SYARI’AH
JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan penalaran ?
2. Ada
berapa macam jenis penalaran ?
3. Bagaimana
penulisan penalaran deduktif dan penalaran induktif didalam sebuah kalimat dan
penulisan ?
4. Bagaimana
cara membedakan penalaran deduktif dan induktif ?
C.
Tujuan
Penulisan
Penulisan ini dibuat dengan tujuan untuk
meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia. Membantu dalam kemampuan berfikir
seseorang untuk menganalisa konsep penalaran deduktif dan penalaran induktif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Penalaran
Ada
beberapa pengertian penalaran sebagai berikut :
ü Proses
berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan
sampai dengan simpulan.
ü Proses
berpikir untuk menghubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan.
ü Proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
baru.
Jadi,
penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data
atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan.[1]
Data
yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satusimpulan ini harus
berbentuk kalimat pernyataan.[2]
Dalam penalaran ada dua istilah yang harus dipahami, yaitu proposisi dan term.
Proposisi
adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat.
Dengan kata lain, proposisi adalah
pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek dan predikat yang berbentuk kalimat
berita yang netral. Sedangkan term adalah kata atau kelompok kata yang dapat
dijadikan subjek atau predikat dalam
sebuah kalimat proposisi.[3]
Contoh
: Semua tebu manis (proposisi)
Semua tebu (term)
Manis (term)
B.
Jenis-jenis
Penalaran
Pada
dasarnya, ada dua macam penalaran karangan, yaitu deduktif dan induktif.
a.
Penalaran Deduktif
Penalaran Deduktif
adalah proses berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang bersifat
umum, disertai dan diakhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku khusus.[4]
Dalam penalaran
deduksi, pernyataan umum sebagai data. Berdasarkan pernyataan itulah kita
menarik kesimpulan. Pernyataan yang mendasari kesimpulan disebut premis.
Contoh :
Ada
kecenderungan penulis menggunakan tanda koma diantara subjek dan predikat jika
namina subjek mempunyai keterangan yang panjang.
Penggunaan tanda koma itu tidak benar karena subjek tidak dipisahkan oleh tanda
koma dan predikat, kecuali pasangan tanda koma yang mengapit keterangan
tambahan atau keterangan aposisi.
Penarikan simpulan
(konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung. Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari
satu premis. Sebaliknya, simpulan (konklusi) yang ditarik dari dua premis
disebut simpulan tak langsung.[5]
Silogisme disebut juga
dengan penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme memerlukan 2 premis
sebagai data, yaitu premis umum (PU) atau premis mayor dan premis khusus (PK)
atau premis minor, dan simpulan atau kesimpulan.
Silogisme terbagi atas
silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif, dan entimen.
a) Silogisme
kategorikal terdiri atas tiga proporsi, yaitu premis mayor, premis minor dan
simpulan.
Contoh :
(1) Semua minuman keras
mengandung alkohol. (mayor)
(2) Wisky adalah minuman
keras. (minor)
(3) Jadi, wisky mengandung
alkohol. (simpulan)
b) Silogisme
hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis yang berproporsi kondisional
hipotesis.
Contoh :
(1) Jika besi dipanaskan,
besi akan memuai. (mayor)
(2) Besi itu dipanaskan.
(minor)
(3) Jadi, besi itu memuai.
(simpulan)
c) Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proporsi
alternatif.
Contoh :
(1) Dia adalah seorang guru
atau dosen. (mayor)
(2) Dia seorang dosen.
(minor)
(3) Jadi, adia bukan guru.
(simpulan)
d) Entimen
adalah silogisme yang salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan
karena bersifat umum.
Contoh
:
(1) Semua sarjana adalah
seorang cerdas. (mayor)
(2) Roni adalah seorang
sarjana. (minor)
(3) Jadi, Roni adalah orang
cerdas. (simpulan)
menjadi
entimen :
Roni adalah orang
cerdas karena ia (adalah) seorang sarjana.
b.
Penalaran Induktif
Penalaran Induktif
adalah proses berfikir logis yang diawali dengan pernyataan-pernyataan khusus
untuk menghasilkan keputusan, atau kesimpulan yang bersifat umum.
Penalaran Induktif
dibagi menjadi tiga macam, yakni : generalisasi, analogi, dan hubungan kausal.
Ø Generalisasi
Generalisasi adalah
proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala (data) yang
bersifat khusus atau yang sejenis dan diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat
umum.
Contoh :
Besi apabila dipanaskan
dalam suhu tertentu akan memuai. Tembaga jika dipanaskan pada suhu tertentu
juga memuai. Emas dan perakpun jika dipanaskan akan memuai. Jadi, semua logam jika dipanaskan pada suhu
tertentu akan memuai.
Ø Analogi
Analogi adalah proses
penalaran berdasarkan pengamatan terhadap gejala khusus dengan membandingkan
suatu objek sampai kesimpulan yang berlaku umum.
Contoh :
Triana adalah guru
bahasa Indonesia SMK Bunda Kandung, lulusan Iniversitas Negeri Jakarta. Ia seorang
guru yang provesional. Siswa-siswinya sangat senang karena apa yang diajarkan
selalu dipahami dengan baik. Wajarlah kalau nilai ujian nasional bahasa
Indonesia siswa-siswi SMK Bunda Kandung selalu baik. Namun, sangat disayangkan
tahun ini Ibu Triana harus pindah tugas karena mengikuti suaminya bekerja di
Kalimantan. Oleh karena itu, Bapak Usman,
kepala sekolah SMK Bunda Kandung, harus mencari guru baru lulusan Universutas
Negeri Jakarta dengan harapan ia juga guru yang provesional seperti Ibu Triana.[6]
Ø Hubungan
Kausal
Hubungan kausal adalah
proses penalaran yang bertolak dari gejala-gejala yang saling berhubungan satu
sama lain.
Contoh
:
Jika
hujan-hujanan, ia akan sakit kepala
atau
Rini
pergi ke dokter karena ia sakit kepala
Hubungan kausal ini
cenderung mengikuti pola sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-akibat.
a. Sebab-akibat
Sebab-akibat ini
berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Contoh:
Andaikata angin
tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun (B), ternyata tidak
sebuah mangga pun yang jatuh (E), tentu kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya
buah mangga itu disebabkan oleh lemparan anak-anak (C).
Pola seperti itu dapat
kita lihat pada rancangan berikut.
Angin hujan lemparan mangga jatuh
(A)
(B) (C) (E)
Angin, hujan mangga
tidak jatuh
(A)
(B) (C)
Oleh sebab itu,
lemparan anak menyebabkan mangga jatuh.
b. Akibat-sebab
Akibat-sebab ini dapat
kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter merupakan
akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam
penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
c. Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah
suatu pernalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung
disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.
Contoh :
Ketika pulang dari
pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan
bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
Dalam
kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat
dilihat seperti berikut ini.
Hujan menyebabkan tanah becek
(A)
(B)
Hujan menyebabkan kain jemuran basah[7]
(A)
(C)
c.
Salah Nalar
Salah nalar merupakan
salah menyimpulkan gejala atau data yang ada, disebabkan oleh ketidaktepatan
orang mengikuti tata cara pikirannya.
Contoh :
(1) Pak ruslan tidak dapat
dipilih sebagai lurah di sini karena dia miskin.
(2) Kita harus memilih
antara demokrasi atau dikatator.
(3) Kuli pelabuhan jiwanya
kasar.
v Salah
nalar deduktif :
PU : Socrates adalah
manusia.
PK : Semua manusia akan
mati.
S : Socrates juga akan mati.
v Salah
nalar induktif :
·
Tamara Bleszynski
adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
·
Nia Ramadhani adalah
bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi : semua bintang sinetron
berparas cantik.
Pernyataan
“semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memilki kebenaran probabilitas
karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya :
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak
berparas cantik.
C.
Perbedaan
Penalaran Deduktif dan Induktif
Apabila
diidentifikasi secara terperinci, paragraf berpola deduktif memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Letak
kalimat utama di awal paragraf
2) Diawali
dengan pernyataan umum disusul dengan uraian atau penjelasan khusus
3) Diakhiri
dengan penjelasan
Contohnya:
Setiap
individu bersifat unik. Artinya, ia memiliki
perbedaan dengan yang lain. Perbedaan itu bermacam-macam, mulaidari perbedaan
fisik, pola berpikir, dan cara merespons atau mempelajari hal yang baru. Dalam
hal ini, misalnya dalammenyerap pelajaran, ada individu yang cepat dan ada
yanglambat.
Apabila
diidentifikasi secara terperinci, paragraf berpola induktif memiliki
ciri-cirisebagai berikut :
1) Letak
kalimat utama di akhir paragraf
2) Diawali
dengan uraian/penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan umum
3) Paragraf
induktif diakhiri dengan kesimpulan
Contoh:
Tidak
sedikit para pelajar yang memiliki penyakit malasmembaca. Banyak ilmu yang
tidak tergali oleh mereka. Merekahanya mengandalkan peran guru dalam menerima
ilmu. Kondisitersebut sungguh memprihatinkan. Minat baca buku di
kalanganpelajar masih rendah. Berdasarkan paragraf tersebut, dapat dijelaskan
sebagai berikut.
BAB III
PENUTUP
Dari berbagai
penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2
macam yaitu penalaran Induksi dan penalaran deduktif.
Penalaran
Induktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan pernyataan-pernyataan
khusus untuk menghasilkan keputusan, atau kesimpulan yang bersifat umum. Prosesnya disebut Induksi. Dalam
penalaran Induktif ini ada 3 jenis penalaran Induktif yaitu Generalisai, Analogi,
dan Hubungan klausal.
Penalaran
Deduktif adalah proses berfikir logis yang diawali dengan penyajian fakta yang
bersifat umum, disertai dan diakhiri dengan fakta atau sikap yang berlaku
khusus. Prosesnya
disebut Deduksi. Jenis penalaran Deduktif ini diantaranya ada Silogisme dan
Entinem.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
1. M.M.
Drs. Husin dan Rita Zahara, Dra. Eni. 2009. SPM
Bahasa Indonesia SMK dan MAK, Jakarta: Erlangga.
2. Arifin M. Hum, Dr.
Zaenal. dan Tasai, M. Hum, Drs. S. Amran. 2003. Cermat Berbahasa Indonesia
Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta: Akademika Presindo.
B. Internet
1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar